Jakarta, Harian Umum - Bank Indonesia meliris Utang Luar Negeri (ULN) pada Februari 2017 mencapai 321,7 miliar dolar AS atau setara Rp 4.269 triliun (kurs: Rp 13.300). Menanggapi Hal tersebut Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan hutang Indonesia masih tergolong kecil dibanding negara-negara anggota G20.
"Utang masih tergolong sangat kecil dibanding negara lain. Masih di bawah 30 persen, tepatnya 27,9 persen dari PDB (produk domestik bruto)," ujarnya, Senin, 17 Juli 2017.
Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF), dari 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu, rasio hutang terhadap PDB tertinggi dicapai Jepang yang mencapai 238 persen, Malaysia.memiliki rasio utang terhadap PDB mencapai 56,3 persen. Bahkan Amerika Serikat mencapai 105,6 persen. Menurut Luhut, Indonesia bisa berutang sampai 60 persen dari PDB sesuai dengan undang-undang.
Hingga Mei 2017, utang pemerintah mencapai Rp 3.672,33 triliun, yang terdiri atas Surat Berharga Negara (SBN) Rp 2.943,73 triliun (80,2 persen) dan pinjaman Rp 728,60 triliun (19,8 persen).
Di kritik mantan Menteri Koordinator Kemaritiman
Mantan Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Ramli, mengkritik pemotongan anggaran yang berlaku tajam untuk sektor sosial, tapi bukan untuk pembayaran pokok dan bunga hutang.
"Satu-satunya pos anggaran yang tidak diubah adalah pos pembayaran pokok dan bunga utang, yang lain semuanya bisa dipotong. Jelas sekali ke mana kesetiaannya," katanya.
Rizal menjelaskan sebetulnya banyak cara untuk mengurangi hutang dalam negeri Indonesia. Ia memberikan contoh ketika menangani hutang pada tahun 2000 saat menjabat Menteri Koordinator Perekonomian. Dia menyepakati debt for nature swap dengan Jerman. Saat itu, ratusan juta dolar Amerika Serikat utang Indonesia dihapus dan ditukar dengan konservasi hutan.
Kemudian, pada 2001 kembali, Rizal mengatur debt swap dengan Kuwait.
"Utang mahal ditukar dengan utang bunga rendah. Saking gembiranya, Kuwait menghadiahi gratis flyover Pasupati di Bandung," ujarnya.