London, Harian Umum- Kedua orang tua Alana Blockley menyetujui ijtihad gadis itu untuk berjilbab, menutup aurat dan menunjukkan identitas sebagai Muslimah.
Wanita kelahiran Glasgow, Inggris, ini setiap hari menghabiskan waktunya untuk kuliah dan bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Kehidupan gadis ini memang tak seperti teman-temannya yang hanya mengandalkan uang dari orang tua. Ia tampil sebagai sosok mandiri, sehingga dia cenderung lebih matang dibanding gadis-gadis sebayanya.
Suatu hari, ketika dia berlibur ke Spanyol untuk melepas kepenatan dan kejenuhan, di negera tempat Islam berkembang pada abad ke-11 itu dia bertemu dengan masyarakat dengan latar belakang keyakinan yang berbeda; Islam.
Bergaul dengan teman dengan keyakin yang lain bukan hal baru Blockley karena hal itu telah ia jalani sejak kecil. Setiap hari ia bermain dengan anak-anak Muslim, saling mencurahkan isi hati, dan membuat kelompok belajar bersama untuk menyelesaikan tugas sekolah.
Maklum, Islam telah berkembang di Inggris sejak ratusan tahun lalu. Perkembangan Islam di negeri Lady Diana tersebut tak lepas dari hubungan diplomatik negara itu dengan Maroko dan berbagai negara Timur Tengah. Hubungan perdagangan kedua pihak ternyata berkembang menjadi hubungan keyakinan, sehingga banyak masyarakat Inggris yang memeluk Islam.
Meski demikian, Blockley bukan sosok yang memahami sejarah perkembangan Islam di negerinya. Wanita muda itu hanya mengetahui Islam sebatas agama atau keyakinan. Omongan dan persepsi masyarakat tentang Islam yang buruk maupun sebaliknya, juga dia terima.
Sering dia mendengar orang menghakimi Islam sebagai agama yang identik dengan terorisme dan radikalisme, namun dalam kunjungannya ke Spanyol dia tidak dapat menemukan secuil pun bukti Islam berkaitan dengan kekerasan, rigid, dan asosial. Perjalanan wisata itu seakan menunjukkan kepadanya bahwa persepsi orang banyak tentang Islam yang negatif jauh dari kebenaran, tidak faktual, dan cenderung mengada-ada.
Wisata tersebut ternyata bukan hanya membahagiakan dirinya, tapi juga jiwanya yang selama ini mengalami kehampaan dan kerinduan kepada Ilahi Rabbi. Hati kecilnya mulai menanyakan apa itu keimanan, agama, konsep Tuhan, alam setelah dunia, pahala, dan yang paling utama, mengatasi kerinduan Ilahi Rabbi yang terus meresahkan hati.
Rindu kepada kekasih hanya akan membuat seseorang tak bisa tidur, enggan makan, atau malas. Kerinduan kepada Sang Pencipta membuat hati penuh kehampaan, kegelisahan yang memuncak, membawa diri kepada kesedihan yang tak terbayangkan.
Blockley mulai merasakan kehampaan hati semacam itu. Setelah kembali ke Glasgow, dia mulai mendalami Islam. Dia menghimpun berbagai informasi mengenai agama ini baik melalui buku maupun artikel bebas di dunia maya.
Setahun kemudian, tepatnya pada 2010, dia memantapkan diri untuk bersyahadat secara diam-diam di sebuah masjid. Hanya temannya yang Muslim mengetahui hal tersebut.
"Saya sangat gugup melakukan ini karena saya tidak memberi tahu siapapun dan hanya teman muslim saya yang mengetahuinya," jelas wanita muda tersebut seperti dikutip dari ROL, Rabu (31/1/2018)
Kala Blockley bersahadat, umat Islam akan menyambut kedatangan bulan yang paling mulia, yakni bulan Ramadhan, bulan yang mengharuskan mereka berpuasa dan menggiatkan ibadah. Blockley sangat gembira dan tak sabar hendak menjalankan ibadah itu.
Meski demikia, dia khawatir orang tuanya yang masih non-Muslim akan bertanya-tanya, mengapa dia tidak makan dan minum seperti biasa. Terlebih ketika berpuasa, berat badannya sedikit menyusut.
Blockley pun memutuskan untuk memberitahu orang tuanya kalau dia telah menjadi mu'alaf.
Mulanya, saat ia memberitahu, kedua orangtuanya terkejut, tapi lambat laun ayah dan ibunya memahami keputusannya, bahkan senang mengetahui pendirian anaknya itu.
Kedua orangtua Blocley akhirnya tak hanya mengizinkan anaknya menjadi Muslimah, namun juga merestui ijtihad Blockley untuk berjilbab, menutup aurat dan menunjukkan identitas sebagai Muslimah.
"Setelah saya masuk Islam, gagasan saya tentang hubungan antara pria dan wanita memang banyak berubah. Sebelumnya saya hanya melihat apa yang media katakan, tapi kini harus memverifikasi dan membuktikan apa yang dikatakan orang" jelasnya.
Sebelum memeluk Islam, Dia mendengar persepsi wanita Muslim kerap disiksa pria. Selain itu, wanita menutup aurat adalah pemaksaan dan pria tidak pernah menghormati wanita. Setelah memeluk Islam, Blockley kemudian mempelajari jilbab dan mengerti mengapa wanita memakai jilbab. Dia semakin memahami bahwa menutup aurat merupakan cara menjaga murwah wanita.
Dia lalu menikah dengan seorang pelayan asal Maroko bernama Abdel Hadi Assabre. Mereka bertemu saat Blockley berencana bekerja di Lanzarote, namun penerbangan ke sana batal karena cuaca buruk.
Dia lalu memikirkan di mana dia akan bekerja, dan pilihannya jatuh pada Fuerteventura dan Turki. Namun setelah ia pertimbangkan baik-baik, dia pun memilih Fuerteventura, dan di sanalah dia bertemu Abdel yang bekerja sebagai tukang kebun sebuah hotel.
Blockley menerima lamaran Abdel karena karakternya.
Suatu hari, saat Blockley menjaga toko, seorang pembeli memberinya uang lebih, dan Abdel mengingatkan untuk memberikan kembaliannya. Sejak saat itu, Blockley merasa bahwa dia telah menemukan orang yang tepat. Pernikahan mereka dilangsungkan pada akhir 2016.
Setelah menjadi suami-istri, Abdel membantu Blockley mempelajari Islam secara lebih mendalam. Perubahan jalan hidup yang ditempuh Blockley sangat mempengaruhi masa depannya. Dia pun tak ingin memeluk Islam asal-asalan. Memahami dan menjalankan Islam secara komprehensif adalah cita-citanya.
Awalnya dia merasa panik karena ada perubahan besar pada dirinya. Kesulitannya dialami saat pergi ke pesta pernikahan atau pesta ulang tahun teman-temannya yang kerap mengajaknya bersenang-senang sambil menenggak minuman beralkohol. Kini Blockley hanya bisa bertegur-sapa, tak bisa lagi melakukan kebiasaan lama yang terlarang itu.
Namun hal tersebut tak membuat persahabatannya hilang. Masing-masing mereka menghargai perbedaan keyakinan dan hidup yang harus dijalani. Komunikasi mereka terus berlangsung. Dalam berinteraksi dengan masyarakat, mereka sebisa mungkin bersikap baik.
Blockley selalu berbicara sopan dengan orang lain, sehingga dia tidak pernah mendapat komentar negatif. Dia pun berusaha menghindari konflik dengan masyarakat sekitar yang mungkin saja merasa kurang nyaman, bahkan membenci Muslim.
Blockley mengaku paham benar mengenai Glasgow yang menjadi tempatnya dilahirkan. Dia khawatir ketika sesuatu terjadi padanya, tidak dapat membela diri.
"Saya akan mengalami stres dan kesal. Aku tahu apa itu Glasgow,"jelasnya.
Namun berbagai halangan dan tantangan yang dihadapi justru menjadi motivasi yang kuat bagi dirinya untuk tetap konsisten menjadi Muslimah. Dia selalu meyakini Islam sebagai pandangan yang menginspirasi kehidupan. (man)