Jakarta, Harian Umum- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyesalkan keputusan pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri (Mendagri) yang mengizinkan masyarakat korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, untuk mengambil barang-barang di toko ritel jaringan Aprindo yang ikut menjadi korban bencana tersebut.
"Kami menilai kebijakan itu arogan, karena pernyataan (terkait hal) tersebut disampaikan tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan para pemilik usaha, manajemen ataupun Aprindo sebagai asosiasi pengusaha toko modern," ujar Ketua Aprindo Roy Nicholas Mandey dalam rilis yang diterima media, Senin (1/10/2018).
Ia beranggapan, keputusan pemerintah itu memberikan kesan tidak mendidik bahkan pemerintah seolah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertindak di luar tata krama, moral, etika dan kurang berbudaya.
"Sikap pemerintah ini kontras dengan jasa peritel modern yang turut memberikan kontribusi bagai kemajuan dan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini," katanya.
Roy juga mengingatkan bahwa selama ini pengusaha ritel selalu hadir dalam memberikan bantuan sembako kepada masyarakat yang mengalami bencana, termasuk bencana gempa bumi di Lombok, Padang, Aceh dan sebagainya.
Aprindo mencatat, pengambilan barang di gerai ritel modern di Palu sejak bencana terjadi pada Jumat (28/9/2018),hingga Minggu (30/9/2018) malam terjadi di 41 titik, dimana 40 di antaranya merupakan gerai Alfamart dan satu gerai Hypermart.
Aprindo juga mencatat, kerugian materiil dan non materiil pengusaha ritel akibat gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, juga di Poso yang ikut hancur akibat gempa, mencapai Rp 450 miliar.
"Ritel yang terkena di antaranya Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi dan sebagainya," jelas Roy.
Kerugian tersebut meliputi kerusakan bangunan, display barang dagangan dan stok barang di gudang. Tidak hanya itu, gempa dan tsunami turut menimbulkan korban jiwa, yakni sedikitnya lima orang dari para penjaga toko.
Roy menjelaskan, sampai saat ini, gerai ritel Aprindo yang berada di Palu dan Donggala masih belum dapat beroperasi karena masih dalam konsolidasi serta pendataan. Ia berharap, semua ritel dapat segera aktif kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam waktu singkat. (rhm)