Jakarta, Harian Umum- Bantuan Ansor Serbaguna (Banser), organisasi sayap Nahdlatul Ulama (NU), kembali menuai kecaman umat Islam.
Setelah rajin membubarkan pengajian, kali ini Banser membakar bendera bertuliskan kalimat Tauhid 'laillaha ilallah Muhammadarrasulullah' saat perayaan Hari Santri Nasional di Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Minggu (21/10/2018).
Dari video berdurasi 1 menit yang viral di media sosial, Senin (22/10/2018), terlihat kalau belasan anggota Banser yang rata-rata mengenakan seragam khasnya yang bercorak loreng-loreng seperti seragam tentara, membakar bendera bertuliskan kalimat Tauhid sambil menyanyikan lagu Mars NU.
Tak banyak dialog dalam video yang hingga Senin pukul 22:30 WIB telah ditonton 38.100 kali itu selain musik dan nyanyian, dan adanya suara teriakan yang memberikan instruksi agar bendera-bendera berwarna hitam dengan tulisan Arab berwarna putih itu dapat cepat dilalap si jago merah.
"Pakai kertas! Pakai kertas!" kata suara itu.
Lalu beberapa orang anggota Banser membawa kertas dan bersama-sama membakar bendera itu.
Tak ayal, kejadian ini mengundang kecaman.
"Saya harus istighfar berkali-kali melihat video ini...Ya Robbana, jangan kau murkai bangsa ini, jangan kau adzab bangsa ini...masih banyak ummat Islam negeri ini yang mencintai kalimat tauhid...maafkan bangsa ini ya Robbana...," ujar Ustad Hilmi Firdausi melalui akun Twitter @Hilmi28.
"Di Garut, masyarakat mulai gerah (dan memang wajib marah) bendera kebanggaan Umat Islam dibakar. Mereka mulai bergerak dengan memprotes para banser di daerahnya," ujar akun @Informasi_FPI.
"Si pembakar bendera laillaha ilallah Muhammadarrasulullah berani melakukan karena merasa bagian dari rezim dan pasti dilindungi oleh yang berkuasa," ujar sosiolog Musni Umar melalui akun @musniumar.
Kemarahan juga diperlihatkan Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif.
"Kami sangat mengecam dengan tindakan mereka. Apa mereka tidak tahu di situ ada kalimat tauhid? Setan apa yang masuk ke mereka?" katanya seperti dilansir CNN Indonesia, Senin (22/10/2018).
Slamet menganggap tindakan Banser yang membakar bendera umat Islam itu serupa dengan gaya kader Partai Komunis Indonesia (PKI) di masa silam, dan dia menyayangkan hal itu kembali terlihat di masa kini.
"Ini tindakan yang tidak beradab. Mirip Gaya PKI," tegasnya.
Ia pun meminta Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) turun tangan, dan meminta maaf kepada seluruh umat Islam atas tindakan Banser tersebut.
Ia bahkan mengatakan kalau apa yang dilakukan Banser itu mengandung unsur tindak pidana penodaan agama karena bendera yang dibakar memuat kalimat tauhid.
"Ini mengarah kepada penodaan agama. Polisi wajib mengusut dan menangkap pelakunya," tegas dia.
Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas berkilah kalau pembakaran itu terjadi karena anggotanya melihat bendera yang dibakar itu sebagai simbol bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), ormas yang sudah dibubarkan oleh pemerintah.
"Saya sudah cek teman-teman di Garut, tempat di mana pembakaran itu terjadi. Sudah saya tanyakan juga ke pengurus di sana. Teman-teman yang membakar itu melihat bendera tersebut sebagai bendera HTI," katanya saat dikonfirmasi wartawan.
Ia menilai, pembakaran itu dilakukan untuk menghormati dan menjaga kalimat tauhid, karena dalam bendera HTI juga tertulis kalimat tauhid.
Ketua GP Ansor Jawa Barat, Deni Haedar, mengatakan hal serupa. Dia mengatakan, aktivitas membakar itu untuk melindungi ayat suci dari aktivitas penggunaan yang tidak semestinya.
"Kita minta ke pimpinan Ansor Garut untuk klarifikasi, sehingga dapet informasi yang valid. Info yang berkembang, iya di Garut. Dalam tradisi kami untuk menjadi kesucian kalimat-kalimat thayyinah atau tulisan ayat-ayat suci dari kemungkinan dihinakan ya dibakar. Misal kalau ada mushaf al Quran sobek atau kitab-kitab sobek, daripada keinjak maka itu dibakar," katanya. (rhm)







