Jakarta, Harian Umum - Mulai Desember 2017 Presiden Joko Widodo tak lagi berkantor di Istana Jakarta, karena pindah ke Istana Bogor, Jawa Barat.
Praktis, mulai Desember kompleks Istana Jakarta yang terdiri dari Istana Merdeka, Istana Negara, dan Kantor Presiden, akan menjadi lengang karena di situ lah Presiden yang akrab disapa Jokowi itu beraktivitas, termasuk untuk menerima tamu negara, melakukan upacara kenegaraan, hingga rapat kabinet.
Soal kepindahan Jokowi ini dibenarkan Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono, saat dikonfirmasi pers.
"Iya (pindah ke Istana Bogor) biar lebih nyaman, karena Istana di Jakarta sedang ada perbaikan infrastruktur," katanya Selasa (21/11/2017).
Seperti diketahui, sebelum ini Jokowi juga sering kali menggunakan Istana Bogor untuk acara kenegaraan, termasuk ketika menerima kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi.
Istana Kepresidenan Bogor yang di era kolonialisme dinamai Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti "tanpa kekhawatiran", pada awalnya, setelah dibangun pada 1744, digunakan sebagai rumah peristirahatan karena berada di lingkungan yang asri dengan pemandangan yang indah.
Pada 1950, istana Kepresidenan Bogor mulai digunakan pemerintah untuk acara-acara kenegaraan, dan resmi menjadi salah satu dari Istana Presiden Indonesia.
Pada 1968, Istana Bogor resmi dibuka untuk kunjungan umum atas restu Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri per tahun mencapai sekitar 10 ribu orang.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, saat ini kawasan Istana Jakarta memang tengah dibenahi karena di situ sedang ada pengerjaan proyek drainase.
Namun untuk diketahui, setiap kali Presiden Jokowi beraktivitas di Bogor, warga selalu mengeluh, karena jalan di sekitar Istana Bogor tidak seluas jalan protokol di Jakarta, dan bahkan hanya berlaku untuk satu arah, sehingga jika Jokowi beraktivitas di sana, jalanan di sekitar istana dan Kebon Raya Bogor menjadi macet parah.
Apalagi karena jika Jokowi melintas, saat datang maupun pergi, arus lalu lintas dihentikan untuk memberi jalan kepada sang Presiden untuk lewat. (rhm)







