Palembang, Harian Umum - Presiden Indonesian Islamic Business Forum (IIBF) Heppy Trenggono memberikan tips untuk mendongkrak usaha yang mandeg atau tidak berkembang sebagaimana yang diharapkan.
Tips itu disampaikan saat Heppy menjadi pembicara dalam workshop bertajuk "Strategi Membangkitkan Usaha di Tahun 2024" yang diselenggarakan IIBF di Hotel Harper, Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), Rabu (10/1/2024).
Awalnya, Heppy bercerita tentang keputusannya membeli sebuah perusahaan roti di Solo yang tidak memberikan keuntungan memadai kepada pemiliknya, meski perusahaan itu telah berdiri selama 20 tahun dan memiliki lima cabang. Bahkan perusahaan itu punya banyak utang.
Padahal, roti yang dijualnya sangat enak
Saat Heppy meninjau kantor perusahaan itu saat akan melakukan pembelian pada tahun 2022, dia bahkan terkejut karena kantor perusahaan roti itu gelap dan peralatan produksinya telah usang
"Setelah saya beli, kantor diubah jadi bersih dan bagus, semua mesin (produksi) diganti," katanya.
Tak hanya itu, Heppy juga menunjuk orang kepercayaannya untuk mengelola bisnis roti itu.
"Dalam tiga bulan, kita buka tiga cabang baru di Solo dan kemudian tiga cabang lagi di Semarang. Saya targetkan dalam empat tahun sudah punya 100 cabang dan go publik," katanya.
Pengusaha pemilik banyak perusahaan ini, termasuk di antaranya perkebunan sawit, mengatakan kalau saat ini perusahaan itu telah berkembang sangat bagus.
"Saat ini Ibu Witri (pemilik asal perusahaan roti yang dibeli) mendapat deviden 10-20 kali lipat tanpa injeksi seperak pun," katanya.
Heppy buka kartu mengapa dia dapat membuat perusahaan roti itu sukses, yakni karena dirinya punya standar manajemen berdasarkan teori Profit First.
Ia memaparkan bahwa rumus umum profit adalah: omset (pendapatan) - cost (pengeluaran) = profit. Kalau yang diketahui adalah pendapatan dan profit, maka rumusnya menjadi: pendapatan (omset) - profit = (cost) pengeluaran.
"Ketika masih dipegang Bu Witri, rumus yang dipakai adalah rumus yang umum dimana omset (pendapatan) - cost (pengeluaran) = profit. Ekspektasi saya beda dengan ibu witri, karena untuk perusahaan yang sudah jalan, saya menggunakan aturan Profit First di mana pendapatan - profit = pengeluaran," katanya.
Ia mengakui kalau orang tidak melakukan seperti yang ia lakukan, karena standar dirinya beda dengan yang lain.
Ia pun kemudian mengingatkan tentang pentingnya standar, karena kata dia, kalau tak punya standar, orang susah mencapai goal (tujuan).
"Banyak orang karena susah mengatur profit, maka menurunkan standar. Padahal, kalau ingin bicara tentang kebangkitan dan hidup yang lebih baik, yang harus dilakukan adalah menaikkan standar. Kalau gak punya standar, susah mencapai goal," katanya.
Untuk diketahui, teori Profit First diperkenalkan Mike Michalowicz melalui bukunya dengan judul yang sama, Profit First,. Buku yang dirilis pada tahun 2017 ini merupakan panduan finansial yang khusus ditujukan untuk para pengusaha UMKM dan pelaku usaha bisnis keluarga, serta menawarkan wawasan berharga tentang pengelolaan keuangan bisnis, khususnya dalam hal mengoptimalkan keuntungan bisnis. (rhm)